BAB
I
MISI
AJARAN ISLAM
Studi
terhadap misi ajaran Islam secara komprehensif dan mendalam adalah sangat
diperlukan karena beberapa sebab sebagai berikut :
Pertama, untuk menimbulkan kecintaan manusia
terhadap ajaran Islam yang didasarkan kepada alasan yang sifatnya bulan hanya
normatif , yakni karena diperintah oleh Allah, dan bukan pula karena emosional
semata-mata karena didukung oleh argumentasi yang bersifat rasional, kultural
dan aktual. Yitu argumen yang masuk akal, dapat dihayati dan dirasakan oleh
umat manusia.
Kedua, untuk membuktikan kepada umat manusia
bahwa Islam baik secara normatif maupun secara kultural dan rasional adalah
ajaran yang dapat membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus
mengganggu keyakinan agama Islam.
Ketiga, untuk menghilangkan citra negatif dan
sebagian Masyarakat terhadap ajaran
Islam.
- Terdapat sejumlah argumentasi yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa misi ajaran Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Argumentasi tersebut dikemukakan sebagai berikut :
Pertama, untuk
menunjukkan bahwa Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari pengertian
Islam itu sendiri. Kata Islam makna aslinya masuk dalam perdamaian, dan oran Muslim ialah orang
yang damai dengan Allah dan damai dengan manusia. Damai dengan Allah, artinya
berserah diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya dan damai dengan manusia bukah
saja berarti menyingkiri berbuat jahat dan sewenang-wenang kepada sesamanya,
melainkan pula ia berbuat baik kepada sesamanya. Dua pengertian ini dinyatakan
dalam Alqur’an sebagai inti agama Islam yang sebenar-benarnya. Al-Qur’an
menyatakan sebagai berikut :
Islam adalah agama perdamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu
Keesaan Allah, dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia, menjadi bukti yang
nyata bahwa agama Islam selaras benar dengan mananya. Islam bukan saja
dikatakan sebagai agama sekalian Nabi Allah, sebagaimana tersebut di atas,
melainkan juga sesuatu yang secara taksadar tunduk sepenuhnya kepada
undang-undang Allah, yang kita saksikan pada alam semesta.
Pertama, misi ajaran Islam sebagai pembawa rahmat
dapat dilihat dari peran yang dimainkan Islam dalam menangani berbagai
problematika agama, sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan,
dan sebagainya. Dari sejak kelahirannya lima
belas abad yang lalu Islam senantiasa hadir memberikan jawaban terhadap
permasalahan di atas. Islam sebagaimana dikatakan H.A.R. Gibb bukan semata-mata
ajaran tentang keyakinan saja, melainkan sebagia sebuah sistem kehidupan yang
multi dimensial.
Dalam bidang sosial, keadaan masyarakat terbagi-bagi kedalam
sosial atau kasta yang dibedakan berdasarkan suku bangsa, bahasa, warna kulit,
harta benda, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Dengan sistem kelas yang
demikian, maka tidak akan terjadi mobilitas vertikal yang didasarkan pada
pretasinya masing-masing.
Selanjutnya dalam bidang ekonomi, ditandai oleh praktik
mendapatkan uang dengan menghalalkan segala cara, seperti dengan praktik riba,
mengurangi timbangan, menipu, monopoli, kapitalisme, dan sebagainya. Keadaan
yang demikian itu pada gilirannya membawa mereka yang kaya semakin kaya dan
yang miskin semakin miskin. Persaingan yang tidak sehat terjadi diantara
mereka. Manusia telah menjadi budah dari harta benda.
Selanjutnya dalam bidang pendidikan, ditandai oleh keadaana
di mana pendidikan atau ilmu pengetahuan hanya milik kaum elit. Rakyat
dibiarkan bodoh sehingga dengan mudah dapat disesatkan akidahnya dan
selanjutnya dengan mudah dapat diperbudak.
Dalam pada itu pada masa kedatangan Islam di bidang
kebudayaan ditandai oleh keadaan masyarakat yang semata-mata mengikuti hawa
nafsu syahwat dan nafsu duniawi. mereka gemar melakukan mabuk-mabukan,
foya,foya, berzina, berjudi, dan sebagainya. Mereka tenggelam dalam dosa-dosa
maksiat.
Dari sejak kelahirannya Islam sudah memiliki komitmen dan
respon yang tinggi untuk ikut terlibat dalam memecahkan berbagai masalah
tersebut di atas. Islam bukan hanya mengurusi sosial ibadah dan seluk beluk
yang terkait dengannya saja, melainkan juga ikut terlibat memberikan jalan
keluar yang terbaik untuk mengatasi berbagai masalah tersebut dengan penuh
bijaksana, adil, domokratis, manusiawi, dan seterusnya. Hal-hal yang demikian
itu dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pertama, dalam bidang sosial, Islam memperkenalkan
ajaranyang bersifat egaliter atau kesetaraan dan kesederajatan antara manusia
dengan manusia lain. Satu dan lainnya sama-sama sebagai makhluk Allah SWT.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Kedua, misi Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh
alam dapat dilihat dari ajaran dalam bidan ekonomi yang bersandikan asas
keseimbangan dan pemerataan. Dalam ajaran Islam seseorang diperbolehkan
memiliki kekayaan tanpa batas, namun dalam jumlah tertentu dalam hartanya
terdapat milik orang lain yagn harus dikeluarkan dalam bentuk zakat, infak, dan
sedekah.
Ketiga, misi ajaran Islam rahmatan lil alamin dalam
bidang politik terlihat dari perintah Alquran agar seorang pemerintah bersikap
adil, bijaksana terhadap rakyat yang dipimpinnya, mendahulukan kepentingan –
kepentingan rakyat daripada kepentingan dirinya, melindungi dan mengayomi
rakyat, memberikan keamanan dan ketentraman kepada masyarakat.
Keempat, missi rahmatan lil alamin ajaran Islam dalam
bidang hukum-hukum terlihat dari perintah Alquran surat An-Nisa’ ayat 58 sebagaimana tersebut
di atas. Ayat tersebut memerintah seorang hakim agar berlaku adil dan bijaksana
dalam memutuskan perkara. Penegakan supremasi hukum sangat dianjurkan dalam
ajaran Islam.
Kelima, misi ajaran Islam rahmatan lil alamin dapat
pula dilihat dalam bidang pendidikan. Hal ini terlihat dari ajaran Islam yang
memberikan kebebasan kepada manusia untuk mendapatkan hak-haknya dalam bidang
pendidikan. Islam menganjurkan belajar sungguhpun dalam keadaan perang, dan
menuntut ilmu mulai dari buaian hingga ke linag lahat, serta melakukannya
sepanjang hayat. Pendidikan dalam Islam adalah untuk semua. pemerataan dalam
pendidikan adalah merupakan misi ajaran Islam.
Berdasarkan fakta dan analisis sebagaimana di atas, kita
dapat mengatakan bahwa misi ajaran Islam adalah untuk melindungi hak-hak asasi
manusia baik jiwa, akal, agama, harta, keturunan dan lainnya yang terkait.
Untuk itu maka Islam sangat nenkankan perlunya menegakkan keadaan duai yang
aman, damai, sejahtera, tentram, saling tolong-menolong, toleransi, adil,
bijaksana, terbuka, kederajatan, dan kemanusiaan. Dengan ajran yang demikian,
maka Islam bukanlah agama yang harus ditakuti, apalagi dituduh sebagai sarang
teroris, pembuat kekacauan dan sebagainya.
BAB
2
POSISI
ISLAM DI ANTARA AGAMA-AGAMA DI DUNIA
Sebelum
Islam datang ke dunia ini, telah terdapat sejumlah agama yang dianut oleh umat
mansuia. Para ahli Ilmu Perbandingan Agama
(The Comparative Study Of Religion ) bida membagi agama secara garis besar ke
dala dua bagian. Pertama, kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui
wahyu-wahyunya sebagaimana termaksud dalam kitab suci Alquran. Kedua, kelopok
agama yang didasarkan pada hasil renungan mendalam dari tokoh yang membawanya
sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab suci yang disusunnya.
Islam adalah agama yang terakhir di antara agama besar
di dunia yang semuanya merupakan kekuatan raksasa yang mengeerakkan revolusi
dunia, dan mengubah nasib sekalian bangsa. Selain itu, Islam bukan saja agama
yang terakhir melainkan agama yang melengkapi segala-galanya dan mencakup
sekalian agama yang datang sebelumnya.
Mengenai
posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat dikemukakan
sebagai berikut :
Pertama,
dapat dari ciri khas agama islam yang paling menonjol yaitu bahwa Islam
menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa seklian agama besar
di dunia yang datang sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh Allah.
Didalam Alquran dijunpai ayat-ayat yang menyuruh umat
Islam mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebaigian dari rukun
iman.
Berdasarkan ayat – ayat tersebut terlihat dengan jelas
bahwa posisi Islam di antara agama-agama lainnya dari sudut keyakinan adalah
agama yang menyakini dan mempercayai agama-agama yang dibawa oleh para rasul
sebelumnya. Dengan demikian orang Islam bukah saja beriman keapda Nabi Muhammad
SAW. melainkan beriman kepada semua nabi. menurut ajaran Alquran yang terang
benderang, bahwa semua bangsa telah kedatangan Nabi. tidak ada satu umat,
melainkan seorang juru ingat telah berlalu di kalangan mereka (QS. Faathir,
35:24). Dengan demikian orang Islam adalah orang yang beriman kepada para nabi
dan Kitab Suci dari semua bangsa.
Kedua, posisi Islam di antara agama-agama besar di dunia
dapat pula dilihat dari ciri khas agama Islam yang memberinya kedudukan
istimewa diantara sekalian agama. Selain menjadi agama yang terakhir dan yang
meliput semuanya, Islam adalah pernyataaan kehendak Ilahiyang sempurna.
Ketiga, posisi Islam diantara agama-agama lainya dapat
dilihat dari peran yang dimainkannya. Dalam hubungan ini agama Islam memiliki
tugas besar, yaitu (1), mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk
persaudaraan diantara sekalian agama di dunia dan (2), menghimpun segala
kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya (3), memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganur agama sebelumnya yang
kemudian dimasukkan ke dalam agamanya itu, (4), mengerjakan kebenaran abadi
yang sebelumnya tak pernah diajarkan, berhubung keadaan bangsa atau umat pada
waktu itu masih dalam tarap permulaan dari tingkat perkembangan mereka dan yang
terakhir ialah memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia
yang selalu bergerak maju.
Keempat, posisi Islam di antara agama-agama lain dapat
pula dilihat dari adanya unsur pembaruan didalamnya.
Kelima, Posisi agama Islam terhadap agama-agama lainnya
dapat dilihat dari dua sifat yang yang dimiliki oleh ajaran Islam, yaitu
akomodatif dan persuasif.
BAB
3
METODOLOGI
PEMAHAMAN ISLAM
A.
STUDI ISLAM
Dikalangan para ahli masih terdapat perbedaan disekitar
permasalahan apakah studi islam (agama) dapat dimasukkan ke dalam bidang ilmu
pengetahuan, mengingat sifat dan karakteristik antara ilme pengetahuan dan
agama berbeda.
Pada dataran normativitas studi Islam agaknya masih
banyak terbebani oleh misi kagamaan yang bersifat memihak, romantis, dan
apologis, sehingga kadar muatan analisis, kritis, medodologis, historis,
empiris, terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah-naskah keagamaan produk
sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para
peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.
dengan demikian secara sederhana dapat dekemukakan
jawabannya bahwa dilihat dari segi normatif sebagaimana yang terdapat di dalam
Alquran dan hadis, maka Islam lebih merupakan agama yang tidak dapat
diberlakukan kepadanya pradigma ilmu pengetahuan, yaitu pradigma analisistis,
kritis, metodologis, historis, dan empiris. Sebagai agama, Islam lebih bersifat
memihak romantis, apologis, dan subjektif. sedangkan jika dilihat dari segi
historisnya yakni islam dalam arti yang dipraktikkan oleh manusia serta tumbuh
dan berkembang dalam sejarah kehidupan manusia, maka Islam dapat dikatakan
sebagai sebuah disiplin ilmu, yakni ilmu keislaman atai Islam Studies
Perbedaan
dalam melihat Islam yag demikian
itu dapat menimbulkan perbedaan dalam menjelaskan Islam itu sendiri. Ketika
islam dilihat dari sudur normatif, Islam merupakan agama yang di dalamnya
berisi ajaran Tuhan dengan urusan akidah dan muamalah sedangkan ketika
Islam dilihat dari sudut historis atau sebagaimana yang tampak dalam Islam
tampil sebagai sebuah disiplin ilmu (Islamic Studies).
B.
METODE MEMAHAMI ISLAM
Pada bagian ini penulis akan mencoba menelusuri metode
memahami Islam sepanjang yang dapat dijumpai dari berbagai literatur keislaman.
Dalam buku herjudul Tentang Sosiologi Islam, karya Ali Syari'ati, dijumpai
uraian singkat mengenai metode memahami yang pada intinya Islam harus dilihat
dari berbagai dimensi. Dalam hubungan ini, ia mengatakan jika kita meninjau
Islam dari satu sudut pandangan saja, maka yang akan terlihat ha-nya satu dimensi
saja dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya
secara tepat, namun tidak cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan.
Buktinya ialah Alquran sendiri. Kitab ini memiliki banyak dimensi; sebagiannya
telah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah. Satu dimensi,
misalnya, mengandung aspek-aspek linguistik dan sastra Alquran. Para sarjana sastra telah mempelajarinya secara
terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis dan keimanan Alquran
yang menjadi bahan pemikiran hagi para filosof serta para teolog hari ini.
Dimensi alquran lainnya lagi yang belum dikenal ialah dimensi manusiawinya,
yang mengandung persoalan historis, sosiofogis, dan psikologis. Dimensi ini
belum banyak dikenal, karena sosiologi, psikologi ilmu-ilmu manusia memang jauh
lebih muda dibandingkan ilmu-ilmu alam.
Apalagi ilmu sejarah yang merupakan ilmu termuda di dunia. Namun yang
dimaksudkan dengan ilmu sejarah di sini tidaklah identik dengan data historis
ataupun buku-buku sejarah yang tergolong dalam buku-buku tertua yang pernah
ada.
Untuk memahami islam secara benar ini, Nasruddin Razak
mengajukan empat cara. :
Pertama, Islam harus dipelajari dari sumbernya
yang asli, yaitu Alquran dan
Al-Sunnah Rasulullah. Kekeliruan memahami Islam, karena orang hanya
megenalnya dari sebagian ulama dan pemeluknya yang telah jauh dari bimbingan
Alquran dan Al-Sunnah, atau melalui pengenalan dari sumber – sumber kitab fiqih
dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
Mempelajari Islam dengan cara demikian akan menjadikan orang tersebut sebagai
pemeluk Islam yang sinkretisme, hidup penuh bid’ah dan khurafat, yakni telah
tercampur dengan hal-hal yang tidak Islami, dari ajaran Islam yang murni.
Kedua, Islam harus dipelajari secara integral,
tidak dengan cara parsial, artinya dipelajari secara menyeluruh sebagai satu
kesatuan yang bulat tidak secara. sebagian saja. Memahami Islam secara parsial
akan membahayakan, menimbulkan skeptis, bimbang dan penuh keraguan.
Ketiga, Islam perlu dipelajar dari kepustakaan
yang ditulis oleh para ulama besar.
Keempat, Islam hendaknya dipelajari dari
ketentuan normatif teologis yang ada dalam Alquran, baru kemudia dihubungkan
dengan kenyataan historis, empiris, dan sosiologis yang ada di masyarakat.
Dengan cara demikian dapat diketahui tingkat kesesuaian atau kesenjangan antara
Islam yang berada pada dataran normatif teologis yang ada dalam Alquran dengan
Islam yang ada pada dataran historis, sosiologis, dan empiris
Memahami Islam dengan cara keempat sebagaimana
disebutkan di atas, akhir-akhir ini sangat diperlukan dalam upaya menjunjukkan
peran sosial dan kemanusiaan dari ajaran Islam itu sendiri.
Dari uraian tersebut kita melihat bahwa metode yang
dapat digunakan. untuk memahami Islam secara garis besar ada dua macam.
Pertama, metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan
seluruh aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya, dengar.
cara demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh Kedua,
metode sintesis, vaitu suatu cara memahami Islam yang memadukan antara metode
ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya
dengan metode teologis normatif. Metode ilmiah digunakar. untuk memahami Islam yang
tampak dalam kenyataan historis, empiris, dar sosiologis, sedangkan metode
teologis normatif digunakan untuk memaham: Islam yang terkandung dalam kitab
suci. Melalui metode teologis normatif ini seseorang memulainya dari meyakini
Islam sebagai agama yang mutlak benar. Hal ini didasarkan pada alasan, karena
agama berasal dari Tuhan dari apa yang berasal dari Tuhan mutlak benar, maka
agamapun mutlak benar Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama sebagaimana
norma ajaran yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang secara
keseluruhan diyakini amat ideal. Melalui metode teologis normatif yang
tergolong tua usianya ini dapat dihasilkan keyakinan dan kecintaan yang kuat,
kokoh, dan militan pada Islam, sedangkan dengan metode ilmiah yang dinilai
sebagai tergolong Muda usianya ini dapat dihasilkan kemampuan menerapkan Islam
yang diyakini dan dicintainya itu dalam kenyataan hidup serta memberi jawaban
terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi manusia.
BAB
4
TELAAH
“ KONSTRUKSI TEORI” PENELITIAN AGAMA
A.
PENGERTIAN "KONSTRUKSI
TEORI" PENELITIAN AGAMA
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta
Mengartikan konstruksi adalah cara membuat (menyusun) bangunan – bangunan
(jembatan dan sebagainya); dan dapat pula berarti susunan dan hubungan kata di
kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan teori berarti pendapat yang
dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian); dan
berarti pula asas-asas dan hukum-hukum umum yang dasar suatu kesenian atau ilmu
pengetahuan. Selain itu, teori dapat pula berarti pendapat, cara-cara, dan
aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.
Selanjutnya, dalam ilmu penelitian teori-teori itu pada
hakikatnya merupakan pernyataan mengenai sebab akibat atau mengenai adanya
suatu hubungan positif antara gejala yang diteliti dari satu atau beberapa
faktor tertentu dalam masyarakat, misalnya kita ingin meneliti gejala bunuh
diri. sudah mengetahui tentang teori integrasi atau kohesi sosial dari Emile
Durkheim (seorang ahli sosiologi Perancis kenamaan), yang mengatakan adanya
hubungan positif antara lemah dan kuatnya integrasi sosial dan gejala bunuh
diri dari pengertian – pengertian tersebut, kita dapat memperroleh suatu
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Ksnstruksi teori adalah susunan atau
bangunan dari suatu pendapat, asas-asas atau hukum – hukum mengenai sesuatu
yang antara suatu dan lainnya saling berkaitan, sehuingga membentuk suatu
banunan.
Adapun penelitian berasal dari kata teliti yang artinya
cermat, seksama, pemeriksaan yang dilakukan secara saksama dan teliti, dan
dapat pula berarti penyelidikan, tujuan pokok dari kegiatan penelitian ini
adalah mencari kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data
yang terkumpul. Kebenaran – kebenaran objektif yang diperoleh tersebut kemudian
digunakan sebagai dasar atau landasan untuk pembaruan, perkembangan atau
perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan praktis bidang-bidang pengetahuan
yang bersangkutan.
Dengan demikian, penelitian mengandung arti upaya
menemukan jawaban atas sejumlah masalah berdasarkan data-data yang terkumpul.
Barikutnya, sampailah kita kepada pengertian agama.
Telah banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan seperti antropologi, psikologi,
sosiologi, dan lain-lain yang mengcoba mendefinikan agama. R.R. Maret salah
seorang ahli antropologi Inggris, menyatakan bahwa agama adalah yang paling
sulit dari semua perkataan untuk didefinisikan karena agama adalah menyangkut
lebih daripada hanya pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga, dan dapat
memanifestasikan dari menurut segi-segi emosionalnya walaupun idenya
kabur.Harun Nasution menyebutkan adanya empat unsur penting yang terdapat dalam
agama, yaitu :1) unsur kekuatan gaib yang dapat mengambil bentuk Dewa, Tuhan,
dan sebagainya; 2) unsur keyakinan manusia bahwa kesejahterahannya di dunia ini
dan hidupnya di akhirat nanti amat tergantung kepada adanya hubungan baik
dengan kekuatan gaib yang dimaksud; 3) unsur respond yang bersifat emosional
dari manusia yang dapat mengambil bentuk perasaan takut, cinta, dan sebagainya;
dan 4) unsur pahan adanya yang kudus (sacred) dan suci yang dapat mengambil
bentuk kekuatan gaib.
Dari definisi-definisi tersebut, Harun Nasution
selannjutnya menyebutkan adanya empat unsur penting yang terdapat dalam agama,
yaitu: 1) Unsur kekuatan gaib yang dapat rnengambil bentuk dewa, atau Tuhan,
dan sebagainya: 2) Unsur keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini
dan hidupnya di akhirat nanti amat bergantung kepada adanya hubungan baik
dengan kekuatan gaib yang dimaksud : 3) Unsur respons yang bersifat emosional
dari manusia yang dapat mengambil bentuk perasaan takut, cinta dan sebagainya
dan 4) Unsur paham adanya yang kudus (Sacred) dan suci yang dapat
mengambil bentuk kekuatan gaib, kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang
bersangkutan, dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.
BAB
5
TEORI-TEORI
PENELITIAN AGAMA
Teori
adalah alat terpenting suatu ilmu
pengetahuan. Tanpa teori berarti hanya ada serangkian fakta atau data
saja dan tidak ada ilmu pengetahuan. Teori itu (1) menyimpulkan generalisasi
fakta-fakta, (2) memberi kerangka orientasi untuk analisis dan klasifikasi
fakta-fakta, (3) memberikan kerangka baru, (4) mengisi kekosingan pengetahuan
tentang gejala – gejala yang telah ada atau sedang terjadi.
Ilmu-ilmu
agama pada segi-seginya yang menyangkut masalah sosial, termasuk bagian yang
dapat diteliti, dimatai dengan menggunakan piranti ilmiah atau metodologi
ilmiah yang didalamnya mengandung teori yang akan digunakan. Metodologi ilmiah
ditentukan oleh objek yang dikaji. Kalau segi-segi tertentu agama, katakanlah
Islam itu berada pafa fenomena sosial, niscaya metode pengakajian terhadap
fenomena itu adalah ilmu-ilmu sosial. Adapun terhadap segi-segi lain yang
berpangkal pada postulat – postulat yang lebih bersifat normatif dan dogmatis,
sesuai dengan ajaran metode ilmiah yang harus mempertahankan objektivitas
berdasarkan konsep-konsep pemikiran logis dan bukti-bukti empiris. Tentu saja kebenaran agama dalam
norma dan dogma mendambakan kebenaran mutlak sedangkan kebenaran ilmiah
hanyalah kebenaran nisbi, berdasarkan pada logika dan ketetapan ilmu
pengetahuan, Karena itu hakikat pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmu
pengetahuan tidak mutlak sifatnya.
Penggunan
teori dalam kajian studi islam telah banyak dibahas para ahli Ricard C. Martin
dalam bukunya berjudul Approaches to Islam in religious studies,
telah membahas penggunaan teori dalam melakukan penelitian terhadap bidang
studi agama Islam. Demikian pula buku yang berjudul Penelitian Agama.
Masalah dan pemikiran yang diedit oleh Mulyanto Sumradi telah pula mengkaji
secara seksama tentang penggunaan teori dalam penelitian agama.
Jelasnya
untuk mengenal Islam, kita tidak memilih satu pendekatan saja, karena Islam
bukanlah berdimensi satu. Islam bukanlah agama yang didasarkan semata-mata pada
perasaan-perasaan mistik manusia atau hanya terbatas kepada hubungan antara
Tuhan dan manusia. Ini hanya dimensi dari akidah Islam. Untuk mengenal dimensi
tertentu ini kita harus beralih kepada metode filsafat, karena hubungan antara
manusia dan Tuhan merupakan bagian dari bidan pemikiran (filsafat).
BAB
6
MODEL
PENELITIAN FISLASAT ISLAM
Filsafat
Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah
menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dan bersifat
liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka
yang bersifat tradisional yakni berpegangan kepada doktrin ajaran Alquran dan
Al-Hadis secara tekstual, cenderung kurang mau menerima filsafat, bahkan
menolaknya. Dari kedua kelompok : tersebut nampak bahwa kelompok terakhir masih
cukup kuat pengaruhnya di masyarakat dibandingkan dengan kelompok pertama.
Kajian filsafat Islam; dilakukan sebagian mahasiswa pada jurusan tertentu di
akhir abad ke 20. Sedangkan pada masyarakat secara umum seperti yang terjadi di
kalangan pesantren, pemikiran filsafat masih dianggap terlarang, karena dapat
melemahkan iman. Kalaupun di pesantren diajarkan logika, yang pada hakekatnya
merupakan ilmu yang mengajarkan cara berpikir filosofis, namun ini tidak diterapkan,
melainkan hanya semata-mata sebagai hafalan. Berbagai analisis tentang penyebab
kurang diterimanya filsafat di kalangan masyarakat Islam Indonesia pada
umumnya adalah karena pengaruh pikiran Al-Ghozali yang dianggapnya sebagai
pembunuh pemikiran filsafat. Anggapan ini selanjutnya telah pula dibantah oleh
pendapat lain yang mengatakan bahwa penyebabnya bulanlah Al-Ghozali, melainkan
sebab-sebab lain yang belum jelas.
Dengan demikian, metede, penelitian yang ditempuh Ahmad
Fual Al-Ahwani adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan
bahan-bahan kepustakaan. Sifat dan coraknya adalah penelitian deskriptif
kualitatif, sedangkan pendekatannya adalah pendekatan yang bersifat campuran,
yaitu pendekatan historis, pendekatan kawasan dan tokoh. Mulai pendekatan
historis, ia mencoba menjelaskan latar belakang timbunya pemikiran filsafah
daalam Islam. Sedangkan dengan pendekatan kawasan ia mencoba membagi
tokoh-tokoh filosif menurut tempat tinggal meraka dan dengan pendekatan tokoh,
ia mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat yang sesuai dengan tokoh
yang mengemukakannya.
BAB
7
MODEL
PENELITIAN SEJARAH ISLAM
Sejarah
Islma meruapakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian
para penelitia baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim, karen
abanyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam,
mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus
peringatas agar berhati-hati. Dengan mengetahui bahwa umat islam dalam sejarah
pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun
misalnya, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri menjadi orang muslim.
Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran,
penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk memperbaiki
keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan.
Sementara itu, bagi para peneliti Barat, mempelajari
sejarah Islam selain diajukan untuk pengembangan ilmu, juga terkadang
dimaksudkan untuk mencari-cari kelemahan dan kekurangan umat Islam agar dapat
dijajah dan sebagainya sebagainya. Disadari atau tidak, selama ini informasi
mengenai sejarah Islam banyak berasal dari hasil penelitian para sarjana Barat.
Hal ini terjadi, karena selain masyarakat Barat memiliki etos kemauan yang
tinggi juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para
pemimpinnya. Sementara .dari kalangan para peneliti Muslim tampak di samping
etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian
yang memadai serta dana dan dukungan politik dari pemeintah yang kondusif.
Hasil penelitian tersebut nampaknya berguna sebagai
informasi awal untuk melakukan penelitian sejarah yang mengambil pendekadan
kawasan. Penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai penelitian literatur
yang didukung oleh survei, dan dianalisis dengan pendekatan sejarah dan
perbandingan
Comments
Post a Comment