BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ibadah puasa tidak hanya dimiliki oleh
umat Islam yang menjalankan ibadah puasa pada setiap datangnya bulan Ramadhan
(Hijriah), maupun hari-hari tertentu yang telah dituntunkan oleh nabi Muhammad
SAW. Agama-agama lain seperti Yahudi juga menjalankan ritual ibadah Puasa
dengan tujuan, cara, dan konteks yang berbeda-beda tentunya. Umat Nashrani juga berpuasa dalam
hal-hal tertentu, seperti puasa daging, susu, telur, ikan, bahkan berbicara.
Seperti yang pernah dilakukan Maryam ibu Nabi Isa sebagaimana dalam Al-Quran surat Maryam: 26
إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا
فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا
“…Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah,
maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”
Mengenai Korban dalam agama Yahudi,
tentu mempunyai konsep dan makna yang berbeda dengan agama-agama lainnya. Dalam
agama Yahudi korban lebih ditujukan untuk penebusan dosa, yaitu dengan
menyajikan atau mempersembahkan sesuatu yang dianggap sah untuk dijadikan korban,
seperti halnya domba.
Meurut orang Yahudi manusia adalah makhluk sedikit lebih
rendah derajatnya dari para malaikat, namun bisa juga lebih rendah derajatnya
daari para binatang apabila ia tidak
bisa mengunakan akalnya dalam melakssanakan ketaatan kepada Tuhan.
Manusia banyak memiliki keterbatasan di bandingkan dengan
kemuliaan surgawi, bahkan manusia adalah debu, sangat lemah, hidupnya sangat
singkat, ibarat tumbuhan yang segar di pagi hari, dan di tebang pada
soreharinya layu.
Dengan
keterbatasan itu, manusia tidak terlepas dari berbuat dosa, yakni menyimpang
dari tujuanya. Dengan membayar dosa itu mereka melakukan ibadah untuk
menebusnya. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang “ajaran ibadah
agama Yahudi, di bidang Sembahyang dan puasa”, sebenarnya masih banyak aspek
ibadah yang lainya yang ingsa Allah akan di bahas lain waktu oleh kawan-kawan
yang lain.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah ibadah puasa dalam
agama Yahudi?
2. Bagaimanakah ibadah korban dalam
agama Yahudi?
3. Seperti apakah sembahyang dalam
agama Yahudi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ajaran tentang ibadah agama yahudi
Diantara perintah yang berhubungan dengan ibadah
adalah larangan untuk menyembah, larangan menyebut tuhan yahoweh dengan cara
bermain-main, dan mensucikan hari sabbat. Perintah untuk tidak menyembah
berhala nampaknya sulit mereka melaksanakanya atau mereka patuhi, karena masih
banyak peningalan kepercayaan2 kuno atau pengaruh kepercayaan berbagai suku
bangsa lain yang tidak begitu saja mereka tinggalkan. Seperti penyembahan
terhadap patung anak lembu,kambing, atau anak dalam kandungan, seperti di sebut
dalam taurat mereka. Yarub’an putra sulaiman sendiri pernah membuat dua buah
patung sapi dari emas untuk di sembah oleh pendukung-pendukungnya supaya tidak
susah payahlagi pergi ke Haikal. Satu abad setelah kematian Sulaiman, raja Ahab
dan rakyatnya juga menyembah lembu. Mereka juga pernah menyembah ular, dan ular
itulah yang sekarang menjadi lambing gerakan Free Masonry.[1]
Agama Yahudi lebih mengutamakan amalan di bandingkan
keimanan, dan pada dasarnya agama itu adalah cara hidup dan bukan merupakan
akidah atau kepercayaan. Menurut pemikiran Yahudi menetapkan bahwa tiap-tiap
ganjaran itu menurut amalan (perbuatan) dan bukan menurut keyakinan atau kepercayaan,
dan bahwasanya manusia itu sama saja, yang membedakan adalah amalan mereka.[2]
Jenis-jenis peribadatan mereka hampir sama dengan
islam dalam artian mereka juga mengenal sembahyang, korban, puasa, khitan dan
lain sebagainya. Pada saat ini makalah yang akan kami bahas adalah sepintas
mengenai ibadah sembahyang dan puasa
dalam agama yahudi.[3]
1. Sembahyang
Orang yahudi melakukan sembahyang 3 kali sehari
setiap jam 9, 11, dan 3 sore, sedangkan dalam kitab Talmud di tetapkan 3
sembahyang dalam sehari semalam dengan sembahyang pagi, siang dan malam. Pada
waktu tegak berdiri mereka mengawali dengan “tefillah” atau “amidah” dan
mengucapkan selawat 19 kali. Amidah sering di dahului dengan “shema” atau Syahadah pertama Yahudi,
di lanjutkan dengan pujian terhadap Tuhan, dan di akhiri dengan “alenu wajib”
atau doa wajib. Sembahyang mereka bias di lakukan sendirian maupun
bersama (berjamaah) yang biasanya di lakukan di tempat yang di sebut Sinagon,
serta kiblatnya ke Baitul Maqdis.
Doa yang mereka lakukan adalah mengangkat kedua
tanggan ke arah langit sambil beriri, ada juga yang sambil duduk berlutut.[4]
Tempat senmbahyang mereka
ketika berada di mesir, sebelum kitab Taurat, orang israel bersembahyang di
rumah-rumah mereka masinh-masing atau di suatu tempat khusus untuk bersama.
Setelah berada di gurun sinai,
turun kitab Taurat, kemudian mereka bersembahyang di dalam khaimah besar yang
khusus untuk bersembahyang, luasnya kira-kira 100x50 hasta (32x16 mater).
Khaimah ini mereka bawa kemana saja mereka pindah.
Di zaman Nabi Sulaiman
memerintah, setelah baitul maqdis selesai didirikan, maka tempat sembahyang
mereka berpindak ke baitul maqdis (rumah suci), dan tidak lagi mengunakan
khaimah.
Di kampung-kampung yang jauh
dari kota, bangsa Yahudi mendirikan Sinagon-sinagon, yaitu mushalla-mushalla
untuk tempat mengajarkan agama, dalam sembahyang mereka menghadapkan wajahnya
kebaitul maaddas di palistina, sebagai kiblat mereka, dan yang di di tunjuk
selamanya menjadi imam adalah keturunan Lewi.[5]
2.Puasa
Ada beberapa jenis puasa yang mereka lakukan,
seperti puasa untuk penganti kejadian-kejadian bersejarah yang mereka sebut
“puasa kecil” ada juga puasa “Sembilan hari” atau puasa berduka cita, tidak
boleh minum anggur dan makan daging, “puasa tiga minggu” yang di dalam waktu
itu tidak boleh melaksanakan pesta perkawinan. Tujuan pesta adalah untuk menghapuskan dosa dan mensucikan
diri, di sampiung untuk menyatakan rasa keprihatinan atau duka cita. Waktu
puasa mereka mulai dengan menyingsing sampai kelihatan tiga buah bintang pada senja
hari.[6]
Di buku lain mengatakan bahwa orang yahudi di
wajibkan berpuasa pada hari ke sepuluh setiap bulan ketujuh, disamping itu
puasa di lakukan secara suka rela, dan di lakukan biasanya pada waktu-waktu
mendapat musiabah atau bencana.[7]
Puasa dalam agama Yahudi
Ada dua hari puasa utama dan empat hari puasa kecil yang merupakan
bagian dari tahun Yahudi. Dua puasa utama, Yom Kippur dan Tisha B'Av,
yang berakhir hanya selama dua puluh empat jam. Puasa dimulai sebelum matahari
terbenam, ketika masih ada cahaya di sebelah luarnya, dan diakhiri setelah
matahari terbenam berikutnya, ketika terlihat gelap di sebelah luarnya dan tiga
bintang dapat dilihat di langit. Puasa ini adalah wajib. Orang yang menjalankan
puasa utama ini tidak dapat makan, minum, menggosok gigi, menyisir rambut, atau
mandi. Puasa kecil berbeda dalam lama waktunya dari puasa utama. Tidak boleh
makan atau minum dari subuh sampai malam.[8]
Penganut Yudaisme yang ketat mengamati secara ketat setiap hari
puasa. Yahudi yang lain mungkin melakukan cara yang dimodifikasi dari puasa.
Hal ini bisa tidak makan tetapi boleh minum, berpuasa tetapi tidak boleh mandi,
atau tidak mengamati beberapa hari berpuasa sama sekali.
Yom Kippur adalah Hari Pendamaian (Imamat 23:27-28). Sebagai salah
satu hari paling penting dari puasa tahun Yahudi, bersama dengan doa, dilakukan
sebagai sarana pertobatan. Hal ini sesuai dengan gagasan melakukan penebusan
untuk setiap dosa yang dilakukan selama setahun dan memulihkan jiwa seseorang
kembali ke keadaan utuh.
Sebagian besar hari-hari puasa yang lainnya berfokus pada hari
berkabung dan peringatan untuk mengingat peristiwa sejarah penting. Pada
tanggal 10 bulan Tebet orang-orang Yahudi berpuasa untuk mengenang pengepungan
Yerusalem (597 SM) oleh Nebukadnezar raja Babel (Babylonia)(Nebukadnezar bisa
kita jumpai di 2 Raja-raja,1 dan 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester, Yeremia,
Yehezkiel, dan Daniel). Enam bulan menjelang pengepungan Yerusalem pelanggaran
pertama dibuat di dinding kota. Peristiwa ini dan peristiwa-peristiwa tragis
lainnya yang terjadi sekitar waktu ini dikenang dalam puasa pada tanggal 17
bulan Tammuz. Kota Yerusalem itu akhirnya jatuh ke tangan Babel. Raja Yahudi
Yoyakhin ditawan dan dibawa ke Babel beserta dengan banyak dari rakyatnya.[9]
Sebelas tahun kemudian paman Nebukadnezar memberontak terhadap
keponakannya. Nebukadnezar kembali mengepung kota itu selama enam belas bulan
(587-586 SM). Kekalahan kedua oleh Babel ini pada tahun 586 SM diikuti oleh
kehancuran Bait Allah dan kota itu. Peristiwa ini diperingati oleh puasa pada
tanggal 9 bulan Av (Tisha B'Av). Secara kebetulan Bait Allah Kedua, yang
dibangun kembali setelah kembalinya bangsa Yahudi dari Babel, dihancurkan oleh
Romawi pada hari yang sama pada tahun 70 Masehi. Dengan demikian penghancuran
Babel atas Bait Allah Pertama dan penghancuran Romawi atas Bait Allah Kedua
menjadi saat mengheningkan cipta, berkabung pada hari puasa yang sama.
Ada empat puasa kecil dalam kalender Yahudi. Ini adalah puasa yang
dilembagakan oleh orang Bijak untuk memperingati tragedi nasional. Puasa kecil
(yaitu, semua puasa kecuali puasa Yom Kippur dan Tisha B'Av) terakhir dari
fajar sampai malam, dan yang berpuasa diizinkan untuk sarapan jika ia bangun
sebelum matahari terbit untuk tujuan melakukannya. Ada banyak kelonggaran dalam
puasa kecil bagi orang-orang yang memiliki kondisi medis tertentu atau
kesulitan puasa lainnya. Tanggal puasa dipindahkan ke hari Minggu jika tanggal
yang ditentukan jatuh pada hari Sabat.
Tiga dari keempat puasa memperingati peristiwa yang menyebabkan
jatuhnya bangsa pertama dan kehancuran Bait Allah pertama, yang diperingati
oleh puasa utama Tisha B'Av. Berikut ini adalah daftar puasa kecil yang diharus
oleh hukum Yahudi, tanggal, dan peristiwa yang diperingati:[10]
- Puasa Gedalya, 3 bulan Tishri, memperingati pembunuhan gubernur Yahudi Israel, peristiwa penting dalam kejatuhan bangsa pertama. Puasa Tebet, 10 bulan Tebet, adalah awal dari pengepungan Yerusalem. Ini juga memproklami
- rkan hari peringatan bagi enam juta orang Yahudi yang tewas dalam Holocaust.
- Puasa Ester, 13 bulan Adar, memperingati tiga hari berpuasanya Ester sebelum mendekati Raja Ahasyweros atas nama bangsa Yahudi. Puasa ini berkaitan dengan Purim. Jika 13 Adar jatuh pada hari Jumat atau Sabtu, puasa akan dipindahkan ke hari Kamis sebelumnya, karena tidak bisa bergerak maju hari (itu akan jatuh pada Purim).
- Puasa Tammuz, 17 bulan Tammuz, adalah hari ketika dinding Yerusalem dilanggar.
3.Korban
Ibadah Korban adalah
suatu ibadah yang sangat universal, seluruh agama di muka bumi mengenal dan merayakan
ibadah ini. Dalam agama Hindu korban dimaksudkan untuk menyenangkan hati para dewa dalam rangka memperoleh keberuntungan dari mereka. Dalam agama Kristen istilah korban
juga sangat populer dan menjadi landasan dogma theologis mereka. Maksud dan tujuannya
adalah sebagai penebus dosa hanya saja bila dalam syari’at Yahudi yang
melakukan pengorbanan adalah pihak manusia yakni dengan memotong hewan ternak
maka dalam agama Kristen yang melakukan pengorbanan adalah dari pihak Tuhan itu
sendiri, dengan mengutus Anak-Nya yang Tunggal sebagai pihak yang dikorbankan
sama seperti anak domba yang dijadikan korban penebusan dosa. Sedangkan
Korban dalam Islam bukan untuk penebusan dosa terlebih lagi untuk membujuk
Tuhan supaya mengakhiri permusuhan dengan manusia melainkan mkna dari korban
itu sendiri yaitu ketaqwaan kepada Allah SWT. [11] Sedang dalam agama Yahudi korban lebih ditujukan
untuk penebusan dosa. Binatang yang dikorbankan adalah lembu sapi atau
kambing domba bila seorang Imam melakukan kesalahan maka wajiblah ia
mempersembahkan lembu jantan muda sebagai penebus dosanya hal yang demikian
juga berlaku bila yang bersalah adalah Jama’at Israel yang membedakan hanyalah
tata cara ritualnya saja. Bila seorang pemuka yang melakukan kesalahan maka
yang harus ia persembahkan adalah seekor kambing jantan bila yang melakukan
kesalahan itu seorang rakyat jelata maka persembahannya adalah seekor kambing
betina Korban adalah salah satu upacara ibadah Yahudi yang amat penting. Tetapi
keterangan mengenai Korban yang diberikan oleh imam Yahudi, tidak bercorak theologis.
Mereka mengutamakan bagaimana korban itu dilaksanakan, bukan untuk apa-apa. Dalam korban,
sebenarnya orang-orang yahudi lebih terpengaruh oleh kepercayaan suku-suku yang
tinggal diwilayah sekitarnya, tapi suatu kesulitan juga untuk mengambil
mana yang diambil dari luar dan mana yang asli dari mereka. Suatu hal lagi ialah korban ini
tentu telah berlaku sepanjang sejarah Isael. Melalui sejarah yang panjang itu,
tentu melalui perubahan-perubahan, kesulitannya adalah mencari perbedaan antara
mana yang korban
nenek moyang, korban zaman raja-raja, yang memiliki bentuk dan tujuan yang
berbeda-beda. Juga pada korban yang berasal dari masa sesudah pembuangan, dsb.
Suatu perbandingan korban yang terjadi dikalangan bangsa-bangsa Israel akan
memberikan pengertian yang khusus dan murni tentang korban yahudi ini.
Dalam masyarakat kuno, anggapan orang kafir tentang korban
berhubungan dengan anggapan antropomorfisme tentang dewa. Antara manusia dengan dewa ada hubungan kekeluargaan dan hubungan persamaan, sehingga para dewa menyerupai manusia. Lebih
dari itu para dewa memerlukan manusia, terutama korban mereka. Dalam perjanjian lama juga terdapat
cerita tentang korban, bahwa Yehovah (baca:YHWH) mencium bau yang menyenagkan. Maksudnya
adalah meramahi Yehovah. Dalam kitab Imamat terdapat beberapa kali korban
api-apian yang baunya menyenangkan Yehovah. Korban pemberian merupakan korban yang dimaksudkan untuk
memelihara persekutuan dengan Dia, untuk memberikan persembahan sebagaimana
yang dilakukan orang terhadap raja dan mewujudkan rasa bakti dan khidmat.
Tetapi manusia tidak dapat memakai Yehovah berbuat sesuatu untuk kepentingan manusia, walaupun
sudah dipersembahakan korban untuk Dia. Dalam Al-Kitab juga tidak ada
keterangan bahwa Yehovah tergantung denagan manusia.[12][6]
Jika dibedakan bentuk dan macamnya, korban dalam Yahudi
dibagi menjadi tiga[13]:
1. Korban Perdamaian
Korban yang dilakukan meminta perdamaian bagi dosa-dosa,
dosa yang tidak disengaja. Korban ini terdiri atas:
a. Korban Pengahapusan Dosa, yaitu korban yang dipersembahkan
pada hari perdamaian besar untuk menebus dosa para iman dan segenap bangsa
Israel. Binatang yang hendak dikorbankan tergantung pada kedudukan yang
mengorbankan. Upacara dilakukan dengan menyapukan darah binatang yang
dikorbankan ke tanduk-tanduk mezbah dan sisanya dituangkan ke kaki mezabah.
Sisa binatang korban itu dibakar diluar tempat, dan melambangkan dosa telah
dijatuhkan.
Sebelum binatang korban itu dibuh, orang yang berkorban
harus meletakan kedua tangannya diatas biantang korban tersebut, sebagai simbol
penyerahan dosa pada bintang korban tersebut. Dan imam yang membakar binatang
korban harus membersihkan diri dan pakaiannya sesudah upacara tersebut berlangsung, karena ia telah terkena dosa.
b. Korban Penebusan Dosa, mirip seperti korban penghapusan
dosa, hanya saja korban ini dilakukan oleh pencuri setelah mencuri, dan
pencurian dilakukan dengan mengambil barang sesama manusia, atau tidak memenuhi
syarat pada Yehovah, atau tidak membayar iuran kepada imam.
2. Korban Pemujaan
Korban
ini terdiri atas:
a. Korban Bakaran, ketika melaksanakan korban ini, orang yang
berkorban harus meletakan tangannya diatas kepala korban sebagai tanda bahwa ia
menyerahkan diri pada Yehovah, dan sebagai gantinya binatang itu dibakar.
Kemudian ia memotongnya dan mengirimkan darahnya ke sekeliling mezbah sebagai
lambang penyerahan diri seluruhnya pada Yehovah. Korban ini dilakukan tiap pagi
dan malam, sehingga korban ini disebut sebaagai korban tetap.
b. Korban Keselamatan, caranya sama dengan mempersembahkan
korban bakaran, tapi yang dibakar hanya lemaknya. Bagian dada dan bahunya
diberikan pada imam, sisa dagingnya dimakan oleh anggota keluarga dan
kawan-kawannya dalam suatu penjamuan sebagai lambang persekutuan dengan
Yehovah. Korban keselamatan ini juga dapat berupa korban puji-pujian, dan
nadzar, serta korban suka rela yang dilakukan suka rela tanpa didorong janji.
c. Korban Sajian, korban ini terdiri atas tepung terbaik
dicampur minyak, beberapa roti yang tak berragi. Biasanya dipersembahkan pada
korban bakaran dan korban sembelihan sebagai lambang persembahan hasil bumi
pada Yehovah
3. Korban Lain-Lain
Disamping korban diatas masih terdapat korban-korban lain:
a. Korban Perjanjian, dipersembahakan ketika mengadakan
perjanjian di gurun Sinai. Korban ini berupa korban bakaran dan korban sukur,
berupa lembu jantan yang muda.
b. Korban Pelantikan Imam, yaitu korban yang dilakukan ketika
pelantikan iman, dengan cara: cuping telingan kanan dan ibu jari tangan kanan,
serta kuku kaki kanan diperciki darah domba yang akan dikorbankan. Ini
melambangkan bahwa seluruh tubuhnya adalah kepunyaan Yehovah
c. Korban Cemburan, adalah korban yang dilakukan oleh laki-laki
yang menuduh istrinya berzina atau berkhianat. Pada upacara persembahan korban
ini, perempuan yang dituduh harus meminum air sumpah dan dengan pengadilan
Yehovah, dapat ditentukan ia bersalah atau tidak.
d. Korban Pembunuhan, ialah korban yang dilakukan oleh para
tetua dari suatu tempat yang terdekat dari tempat orang terbunuh, sedang yang
membunuhnya tidak diketahui sama sekali.
Menurut Wringht dan A de Kuiper, corak ibadah korban Yahudi
ini berhu-bungan
dengan keinsyafan dosa, penyesalan, dan kesadaran batin. Apabila meraka
melepaskan ikatan batin mereka dengan Yehovah, sehingga kehilangan hak untuk
disebut bangsa kudus dan kerajaan para iman. Ibadah korban yang dikenal Yahudi merupakan ekspresi yang
dapat dilihat dan diraba atas perasaan hati dan lisan, yang melahirkan rasa
puas berhubungan dengan Allah.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Puasa dalam agama Yahudi terbagi dua, dua hari puasa utama dan
empat hari puasa kecil yang merupakan bagian dari tahun Yahudi. Dua puasa
utama, Yom Kippur dan Tisha B'Av, yang berakhir hanya
selama dua puluh empat jam. Puasa dimulai sebelum matahari terbenam, ketika
masih ada cahaya di sebelah luarnya, dan diakhiri setelah matahari terbenam
berikutnya, ketika terlihat gelap di sebelah luarnya dan tiga bintang dapat
dilihat di langit. Puasa ini adalah wajib.
Sedangkan puasa kecil ada empat, yaitu puasa Gedalya (tiga bulan Tishri), puasa
Tebet (sepuluh bulan Tebet), puasa Ester 13 bulan Adar, dan puasa Tammuz 17
bulan Tammuz. Dan tujuan dari puasa tersebut adalah untuk
menyatakan rasa syukur dan menyatakn rasa sedih, bukan untuk menyatakan
ketaqwaan kepada Allah.
Korban dalam
agama Yahudi lebih
ditujukan untuk penebusan dosa. Dalam hal ini korban di bagi tiga,
yaitu: Korban Perdamaian (Korban penghapusan dosa dan Korban penebusan dosa),
Korban Pemujaan (Korban bakaran, Korban keselamatan, dan Korban Sajian), dan
Korban Lain-lain (Korban perjanjian, Korban pelantikan imam, Korban cemburuan,
dan Korban pembunuhan).
Orang yahudi melakukan sembahyang 3 kali sehari
setiap jam 9, 11, dan 3 sore, sedangkan dalam kitab Talmud di tetapkan 3
sembahyang dalam sehari semalam dengan sembahyang pagi, siang dan malam. Pada
waktu tegak berdiri mereka mengawali dengan “tefillah” atau “amidah” dan
mengucapkan selawat 19 kali. Amidah sering di dahului dengan “shema” atau Syahadah pertama Yahudi,
di lanjutkan dengan pujian terhadap Tuhan, dan di akhiri dengan “alenu wajib”
atau doa wajib. Sembahyang mereka bias di lakukan sendirian maupun
bersama (berjamaah) yang biasanya di lakukan di tempat yang di sebut Sinagon,
serta kiblatnya ke Baitul Maqdis.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Shalabi, Agama Yahudi,
Jakarta, Bumi Aksara, 1991.
Hakim, Agus, Perbandingan Agama,
cet. 12, Bandung, Diponegoro, 2001.
Mudjahid abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Jakarta, PT.
Grafindo, 1996.
Mujahid Abdul Manaf, Sejarah
Agama-Agama, Jakarta, PT RajaGrafindo, 1996.
http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi/24/11/2011
[2]Ahmad Shalabi, Agama
Yahudi, (Jakarta, Bumi Aksara, 1991), hal. 194-195.
[3]Mudjahid abdul
Manaf, Sejarah Agama-Agama, hal 62.
[4]Hakim, Agus, Perbandingan
Agama, cet. 12, (Bandung, Diponegoro, 2001), hal. 54.
[6]Mujahid Abdul
Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta, PT RajaGrafindo, 1996), hal. 63.
Comments
Post a Comment