makalah tentang ajaran ibadah dalam agama yahudi



BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang
Ibadah puasa tidak hanya dimiliki oleh umat Islam yang menjalankan ibadah puasa pada setiap datangnya bulan Ramadhan (Hijriah), maupun hari-hari tertentu yang telah dituntunkan oleh nabi Muhammad SAW. Agama-agama lain seperti Yahudi juga menjalankan ritual ibadah Puasa dengan tujuan, cara, dan konteks yang berbeda-beda tentunya. Umat Nashrani juga berpuasa dalam hal-hal tertentu, seperti puasa daging, susu, telur, ikan, bahkan berbicara. Seperti yang pernah dilakukan Maryam ibu Nabi Isa sebagaimana dalam Al-Quran surat Maryam: 26
إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا 
“…Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”
Mengenai Korban dalam agama Yahudi, tentu mempunyai konsep dan makna yang berbeda dengan agama-agama lainnya. Dalam agama Yahudi korban lebih ditujukan untuk penebusan dosa, yaitu dengan menyajikan atau mempersembahkan sesuatu yang dianggap sah untuk dijadikan korban, seperti halnya domba.
Meurut orang Yahudi manusia adalah makhluk sedikit lebih rendah derajatnya dari para malaikat, namun bisa juga lebih rendah derajatnya daari para binatang  apabila ia tidak bisa mengunakan akalnya dalam melakssanakan ketaatan kepada Tuhan.
Manusia banyak memiliki keterbatasan di bandingkan dengan kemuliaan surgawi, bahkan manusia adalah debu, sangat lemah, hidupnya sangat singkat, ibarat tumbuhan yang segar di pagi hari, dan di tebang pada soreharinya layu.
Dengan keterbatasan itu, manusia tidak terlepas dari berbuat dosa, yakni menyimpang dari tujuanya. Dengan membayar dosa itu mereka melakukan ibadah untuk menebusnya. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang “ajaran ibadah agama Yahudi, di bidang Sembahyang dan puasa”, sebenarnya masih banyak aspek ibadah yang lainya yang ingsa Allah akan di bahas lain waktu oleh kawan-kawan yang lain.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah ibadah puasa dalam agama Yahudi?
2.      Bagaimanakah ibadah korban dalam agama Yahudi?
3.      Seperti apakah sembahyang dalam agama Yahudi?







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ajaran tentang ibadah agama yahudi
Diantara perintah yang berhubungan dengan ibadah adalah larangan untuk menyembah, larangan menyebut tuhan yahoweh dengan cara bermain-main, dan mensucikan hari sabbat. Perintah untuk tidak menyembah berhala nampaknya sulit mereka melaksanakanya atau mereka patuhi, karena masih banyak peningalan kepercayaan2 kuno atau pengaruh kepercayaan berbagai suku bangsa lain yang tidak begitu saja mereka tinggalkan. Seperti penyembahan terhadap patung anak lembu,kambing, atau anak dalam kandungan, seperti di sebut dalam taurat mereka. Yarub’an putra sulaiman sendiri pernah membuat dua buah patung sapi dari emas untuk di sembah oleh pendukung-pendukungnya supaya tidak susah payahlagi pergi ke Haikal. Satu abad setelah kematian Sulaiman, raja Ahab dan rakyatnya juga menyembah lembu. Mereka juga pernah menyembah ular, dan ular itulah yang sekarang menjadi lambing gerakan Free Masonry.[1]
Agama Yahudi lebih mengutamakan amalan di bandingkan keimanan, dan pada dasarnya agama itu adalah cara hidup dan bukan merupakan akidah atau kepercayaan. Menurut pemikiran Yahudi menetapkan bahwa tiap-tiap ganjaran itu menurut amalan (perbuatan) dan bukan menurut keyakinan atau kepercayaan, dan bahwasanya manusia itu sama saja, yang membedakan adalah amalan mereka.[2]
Jenis-jenis peribadatan mereka hampir sama dengan islam dalam artian mereka juga mengenal sembahyang, korban, puasa, khitan dan lain sebagainya. Pada saat ini makalah yang akan kami bahas adalah sepintas mengenai ibadah sembahyang  dan puasa dalam agama yahudi.[3]
1. Sembahyang
Orang yahudi melakukan sembahyang 3 kali sehari setiap jam 9, 11, dan 3 sore, sedangkan dalam kitab Talmud di tetapkan 3 sembahyang dalam sehari semalam dengan sembahyang pagi, siang dan malam. Pada waktu tegak berdiri mereka mengawali dengan “tefillah” atau “amidah” dan mengucapkan selawat 19 kali. Amidah sering di dahului  dengan “shema” atau Syahadah pertama Yahudi, di lanjutkan dengan pujian terhadap Tuhan, dan di akhiri dengan “alenu wajib” atau doa wajib. Sembahyang  mereka bias di lakukan sendirian maupun bersama (berjamaah) yang biasanya di lakukan di tempat yang di sebut Sinagon, serta kiblatnya ke Baitul Maqdis.
Doa yang mereka lakukan adalah mengangkat kedua tanggan ke arah langit sambil beriri, ada juga yang sambil duduk berlutut.[4]
Tempat senmbahyang mereka ketika berada di mesir, sebelum kitab Taurat, orang israel bersembahyang di rumah-rumah mereka masinh-masing atau di suatu tempat khusus untuk bersama.
Setelah berada di gurun sinai, turun kitab Taurat, kemudian mereka bersembahyang di dalam khaimah besar yang khusus untuk bersembahyang, luasnya kira-kira 100x50 hasta (32x16 mater). Khaimah ini mereka bawa kemana saja mereka pindah.
Di zaman Nabi Sulaiman memerintah, setelah baitul maqdis selesai didirikan, maka tempat sembahyang mereka berpindak ke baitul maqdis (rumah suci), dan tidak lagi mengunakan khaimah.
Di kampung-kampung yang jauh dari kota, bangsa Yahudi mendirikan Sinagon-sinagon, yaitu mushalla-mushalla untuk tempat mengajarkan agama, dalam sembahyang mereka menghadapkan wajahnya kebaitul maaddas di palistina, sebagai kiblat mereka, dan yang di di tunjuk selamanya menjadi imam adalah keturunan Lewi.[5]
2.Puasa
Ada beberapa jenis puasa yang mereka lakukan, seperti puasa untuk penganti kejadian-kejadian bersejarah yang mereka sebut “puasa kecil” ada juga puasa “Sembilan hari” atau puasa berduka cita, tidak boleh minum anggur dan makan daging, “puasa tiga minggu” yang di dalam waktu itu tidak boleh melaksanakan pesta perkawinan. Tujuan pesta  adalah untuk menghapuskan dosa dan mensucikan diri, di sampiung untuk menyatakan rasa keprihatinan atau duka cita. Waktu puasa mereka mulai dengan menyingsing sampai kelihatan tiga buah bintang pada senja hari.[6]
Di buku lain mengatakan bahwa orang yahudi di wajibkan berpuasa pada hari ke sepuluh setiap bulan ketujuh, disamping itu puasa di lakukan secara suka rela, dan di lakukan biasanya pada waktu-waktu mendapat musiabah atau bencana.[7]
Puasa dalam agama Yahudi
Ada dua hari puasa utama dan empat hari puasa kecil yang merupakan bagian dari tahun Yahudi. Dua puasa utama, Yom Kippur dan Tisha B'Av, yang berakhir hanya selama dua puluh empat jam. Puasa dimulai sebelum matahari terbenam, ketika masih ada cahaya di sebelah luarnya, dan diakhiri setelah matahari terbenam berikutnya, ketika terlihat gelap di sebelah luarnya dan tiga bintang dapat dilihat di langit. Puasa ini adalah wajib. Orang yang menjalankan puasa utama ini tidak dapat makan, minum, menggosok gigi, menyisir rambut, atau mandi. Puasa kecil berbeda dalam lama waktunya dari puasa utama. Tidak boleh makan atau minum dari subuh sampai malam.[8]
Penganut Yudaisme yang ketat mengamati secara ketat setiap hari puasa. Yahudi yang lain mungkin melakukan cara yang dimodifikasi dari puasa. Hal ini bisa tidak makan tetapi boleh minum, berpuasa tetapi tidak boleh mandi, atau tidak mengamati beberapa hari berpuasa sama sekali.
Yom Kippur adalah Hari Pendamaian (Imamat 23:27-28). Sebagai salah satu hari paling penting dari puasa tahun Yahudi, bersama dengan doa, dilakukan sebagai sarana pertobatan. Hal ini sesuai dengan gagasan melakukan penebusan untuk setiap dosa yang dilakukan selama setahun dan memulihkan jiwa seseorang kembali ke keadaan utuh.
Sebagian besar hari-hari puasa yang lainnya berfokus pada hari berkabung dan peringatan untuk mengingat peristiwa sejarah penting. Pada tanggal 10 bulan Tebet orang-orang Yahudi berpuasa untuk mengenang pengepungan Yerusalem (597 SM) oleh Nebukadnezar raja Babel (Babylonia)(Nebukadnezar bisa kita jumpai di 2 Raja-raja,1 dan 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester, Yeremia, Yehezkiel, dan Daniel). Enam bulan menjelang pengepungan Yerusalem pelanggaran pertama dibuat di dinding kota. Peristiwa ini dan peristiwa-peristiwa tragis lainnya yang terjadi sekitar waktu ini dikenang dalam puasa pada tanggal 17 bulan Tammuz. Kota Yerusalem itu akhirnya jatuh ke tangan Babel. Raja Yahudi Yoyakhin ditawan dan dibawa ke Babel beserta dengan banyak dari rakyatnya.[9]
Sebelas tahun kemudian paman Nebukadnezar memberontak terhadap keponakannya. Nebukadnezar kembali mengepung kota itu selama enam belas bulan (587-586 SM). Kekalahan kedua oleh Babel ini pada tahun 586 SM diikuti oleh kehancuran Bait Allah dan kota itu. Peristiwa ini diperingati oleh puasa pada tanggal 9 bulan Av (Tisha B'Av). Secara kebetulan Bait Allah Kedua, yang dibangun kembali setelah kembalinya bangsa Yahudi dari Babel, dihancurkan oleh Romawi pada hari yang sama pada tahun 70 Masehi. Dengan demikian penghancuran Babel atas Bait Allah Pertama dan penghancuran Romawi atas Bait Allah Kedua menjadi saat mengheningkan cipta, berkabung pada hari puasa yang sama.
Ada empat puasa kecil dalam kalender Yahudi. Ini adalah puasa yang dilembagakan oleh orang Bijak untuk memperingati tragedi nasional. Puasa kecil (yaitu, semua puasa kecuali puasa Yom Kippur dan Tisha B'Av) terakhir dari fajar sampai malam, dan yang berpuasa diizinkan untuk sarapan jika ia bangun sebelum matahari terbit untuk tujuan melakukannya. Ada banyak kelonggaran dalam puasa kecil bagi orang-orang yang memiliki kondisi medis tertentu atau kesulitan puasa lainnya. Tanggal puasa dipindahkan ke hari Minggu jika tanggal yang ditentukan jatuh pada hari Sabat.
Tiga dari keempat puasa memperingati peristiwa yang menyebabkan jatuhnya bangsa pertama dan kehancuran Bait Allah pertama, yang diperingati oleh puasa utama Tisha B'Av. Berikut ini adalah daftar puasa kecil yang diharus oleh hukum Yahudi, tanggal, dan peristiwa yang diperingati:[10]
  1. Puasa Gedalya, 3 bulan Tishri, memperingati pembunuhan gubernur Yahudi Israel, peristiwa penting dalam kejatuhan bangsa pertama. Puasa Tebet, 10 bulan Tebet, adalah awal dari pengepungan Yerusalem. Ini juga memproklami
  2. rkan hari peringatan bagi enam juta orang Yahudi yang tewas dalam Holocaust.
  3. Puasa Ester, 13 bulan Adar, memperingati tiga hari berpuasanya Ester sebelum mendekati Raja Ahasyweros atas nama bangsa Yahudi. Puasa ini berkaitan dengan Purim. Jika 13 Adar jatuh pada hari Jumat atau Sabtu, puasa akan dipindahkan ke hari Kamis sebelumnya, karena tidak bisa bergerak maju hari (itu akan jatuh pada Purim).
  4. Puasa Tammuz, 17 bulan Tammuz, adalah hari ketika dinding Yerusalem dilanggar.
3.Korban
 Ibadah Korban adalah suatu ibadah yang sangat universal, seluruh agama di muka bumi mengenal dan merayakan ibadah ini. Dalam agama Hindu korban dimaksudkan untuk menyenangkan hati para dewa dalam rangka memperoleh keberuntungan dari mereka. Dalam agama Kristen istilah korban juga sangat populer dan menjadi landasan dogma theologis mereka. Maksud dan tujuannya adalah sebagai penebus dosa hanya saja bila dalam syari’at Yahudi yang melakukan pengorbanan adalah pihak manusia yakni dengan memotong hewan ternak maka dalam agama Kristen yang melakukan pengorbanan adalah dari pihak Tuhan itu sendiri, dengan mengutus Anak-Nya yang Tunggal sebagai pihak yang dikorbankan sama seperti anak domba yang dijadikan korban penebusan dosa. Sedangkan Korban dalam Islam bukan untuk penebusan dosa terlebih lagi untuk membujuk Tuhan supaya mengakhiri permusuhan dengan manusia melainkan mkna dari korban itu sendiri yaitu ketaqwaan kepada Allah SWT. [11] Sedang dalam agama Yahudi korban lebih ditujukan untuk penebusan dosa.  Binatang yang dikorbankan adalah lembu sapi atau kambing domba bila seorang Imam melakukan kesalahan maka wajiblah ia mempersembahkan lembu jantan muda sebagai penebus dosanya hal yang demikian juga berlaku bila yang bersalah adalah Jama’at Israel yang membedakan hanyalah tata cara ritualnya saja. Bila seorang pemuka yang melakukan kesalahan maka yang harus ia persembahkan adalah seekor kambing jantan bila yang melakukan kesalahan itu seorang rakyat jelata maka persembahannya adalah seekor kambing betina Korban adalah salah satu upacara ibadah Yahudi yang amat penting. Tetapi keterangan mengenai Korban yang diberikan oleh imam Yahudi, tidak bercorak theologis. Mereka mengutamakan bagaimana korban itu dilaksanakan, bukan untuk apa-apa. Dalam korban, sebenarnya orang-orang yahudi lebih terpengaruh oleh kepercayaan suku-suku yang tinggal diwilayah sekitarnya, tapi suatu kesulitan juga untuk mengambil mana yang diambil dari luar dan mana yang asli dari mereka. Suatu hal lagi ialah korban ini tentu telah berlaku sepanjang sejarah Isael. Melalui sejarah yang panjang itu, tentu melalui perubahan-perubahan, kesulitannya adalah mencari perbedaan antara mana yang korban nenek moyang, korban zaman raja-raja, yang memiliki bentuk dan tujuan yang berbeda-beda. Juga pada korban yang berasal dari masa sesudah pembuangan, dsb. Suatu perbandingan korban yang terjadi dikalangan bangsa-bangsa Israel akan memberikan pengertian yang khusus dan murni tentang korban yahudi ini.
Dalam masyarakat kuno, anggapan orang kafir tentang korban berhubungan dengan anggapan antropomorfisme tentang dewa. Antara manusia dengan dewa ada hubungan kekeluargaan dan hubungan persamaan, sehingga para dewa menyerupai manusia. Lebih dari itu para dewa memerlukan manusia, terutama korban mereka. Dalam perjanjian lama juga terdapat cerita tentang korban, bahwa Yehovah (baca:YHWH) mencium bau yang menyenagkan. Maksudnya adalah meramahi Yehovah. Dalam kitab Imamat terdapat beberapa kali korban api-apian yang baunya menyenangkan Yehovah. Korban pemberian merupakan korban yang dimaksudkan untuk memelihara persekutuan dengan Dia, untuk memberikan persembahan sebagaimana yang dilakukan orang terhadap raja dan mewujudkan rasa bakti dan khidmat. Tetapi manusia tidak dapat memakai Yehovah berbuat sesuatu untuk kepentingan manusia, walaupun sudah dipersembahakan korban untuk Dia. Dalam Al-Kitab juga tidak ada keterangan bahwa Yehovah tergantung denagan manusia.[12][6]
Jika dibedakan bentuk dan macamnya, korban dalam Yahudi dibagi menjadi tiga[13]:
1.  Korban Perdamaian
Korban yang dilakukan meminta perdamaian bagi dosa-dosa, dosa yang tidak disengaja. Korban ini terdiri atas:
a.  Korban Pengahapusan Dosa, yaitu korban yang dipersembahkan pada hari perdamaian besar untuk menebus dosa para iman dan segenap bangsa Israel. Binatang yang hendak dikorbankan tergantung pada kedudukan yang mengorbankan. Upacara dilakukan dengan menyapukan darah binatang yang dikorbankan ke tanduk-tanduk mezbah dan sisanya dituangkan ke kaki mezabah. Sisa binatang korban itu dibakar diluar tempat, dan melambangkan dosa telah dijatuhkan.
Sebelum binatang korban itu dibuh, orang yang berkorban harus meletakan kedua tangannya diatas biantang korban tersebut, sebagai simbol penyerahan dosa pada bintang korban tersebut. Dan imam yang membakar binatang korban harus membersihkan diri dan pakaiannya sesudah upacara tersebut berlangsung, karena ia telah terkena dosa.
b.  Korban Penebusan Dosa, mirip seperti korban penghapusan dosa, hanya saja korban ini dilakukan oleh pencuri setelah mencuri, dan pencurian dilakukan dengan mengambil barang sesama manusia, atau tidak memenuhi syarat pada Yehovah, atau tidak membayar iuran kepada imam.

2.  Korban Pemujaan
Korban ini terdiri atas:
a.  Korban Bakaran, ketika melaksanakan korban ini, orang yang berkorban harus meletakan tangannya diatas kepala korban sebagai tanda bahwa ia menyerahkan diri pada Yehovah, dan sebagai gantinya binatang itu dibakar. Kemudian ia memotongnya dan mengirimkan darahnya ke sekeliling mezbah sebagai lambang penyerahan diri seluruhnya pada Yehovah. Korban ini dilakukan tiap pagi dan malam, sehingga korban ini disebut sebaagai korban tetap.
b.  Korban Keselamatan, caranya sama dengan mempersembahkan korban bakaran, tapi yang dibakar hanya lemaknya. Bagian dada dan bahunya diberikan pada imam, sisa dagingnya dimakan oleh anggota keluarga dan kawan-kawannya dalam suatu penjamuan sebagai lambang persekutuan dengan Yehovah. Korban keselamatan ini juga dapat berupa korban puji-pujian, dan nadzar, serta korban suka rela yang dilakukan suka rela tanpa didorong janji.
c.   Korban Sajian, korban ini terdiri atas tepung terbaik dicampur minyak, beberapa roti yang tak berragi. Biasanya dipersembahkan pada korban bakaran dan korban sembelihan sebagai lambang persembahan hasil bumi pada Yehovah
3.  Korban Lain-Lain
Disamping korban diatas masih terdapat korban-korban lain:
a.  Korban Perjanjian, dipersembahakan ketika mengadakan perjanjian di gurun Sinai. Korban ini berupa korban bakaran dan korban sukur, berupa lembu jantan yang muda.
b.  Korban Pelantikan Imam, yaitu korban yang dilakukan ketika pelantikan iman, dengan cara: cuping telingan kanan dan ibu jari tangan kanan, serta kuku kaki kanan diperciki darah domba yang akan dikorbankan. Ini melambangkan bahwa seluruh tubuhnya adalah kepunyaan Yehovah
c.   Korban Cemburan, adalah korban yang dilakukan oleh laki-laki yang menuduh istrinya berzina atau berkhianat. Pada upacara persembahan korban ini, perempuan yang dituduh harus meminum air sumpah dan dengan pengadilan Yehovah, dapat ditentukan ia bersalah atau tidak.
d.  Korban Pembunuhan, ialah korban yang dilakukan oleh para tetua dari suatu tempat yang terdekat dari tempat orang terbunuh, sedang yang membunuhnya tidak diketahui sama sekali.
Menurut Wringht dan A de Kuiper, corak ibadah korban Yahudi ini berhu-bungan dengan keinsyafan dosa, penyesalan, dan kesadaran batin. Apabila meraka melepaskan ikatan batin mereka dengan Yehovah, sehingga kehilangan hak untuk disebut bangsa kudus dan kerajaan para iman. Ibadah korban yang dikenal Yahudi merupakan ekspresi yang dapat dilihat dan diraba atas perasaan hati dan lisan, yang melahirkan rasa puas berhubungan dengan Allah.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Puasa dalam agama Yahudi terbagi dua, dua hari puasa utama dan empat hari puasa kecil yang merupakan bagian dari tahun Yahudi. Dua puasa utama, Yom Kippur dan Tisha B'Av, yang berakhir hanya selama dua puluh empat jam. Puasa dimulai sebelum matahari terbenam, ketika masih ada cahaya di sebelah luarnya, dan diakhiri setelah matahari terbenam berikutnya, ketika terlihat gelap di sebelah luarnya dan tiga bintang dapat dilihat di langit. Puasa ini adalah wajib. Sedangkan puasa kecil ada empat, yaitu puasa Gedalya (tiga bulan Tishri), puasa Tebet (sepuluh bulan Tebet), puasa Ester 13 bulan Adar, dan puasa Tammuz 17 bulan Tammuz. Dan tujuan dari puasa tersebut adalah untuk menyatakan rasa syukur dan menyatakn rasa sedih, bukan untuk menyatakan ketaqwaan kepada Allah.
Korban dalam agama Yahudi lebih ditujukan untuk penebusan dosa. Dalam hal ini korban di bagi tiga, yaitu: Korban Perdamaian (Korban penghapusan dosa dan Korban penebusan dosa), Korban Pemujaan (Korban bakaran, Korban keselamatan, dan Korban Sajian), dan Korban Lain-lain (Korban perjanjian, Korban pelantikan imam, Korban cemburuan, dan Korban pembunuhan).
Orang yahudi melakukan sembahyang 3 kali sehari setiap jam 9, 11, dan 3 sore, sedangkan dalam kitab Talmud di tetapkan 3 sembahyang dalam sehari semalam dengan sembahyang pagi, siang dan malam. Pada waktu tegak berdiri mereka mengawali dengan “tefillah” atau “amidah” dan mengucapkan selawat 19 kali. Amidah sering di dahului  dengan “shema” atau Syahadah pertama Yahudi, di lanjutkan dengan pujian terhadap Tuhan, dan di akhiri dengan “alenu wajib” atau doa wajib. Sembahyang  mereka bias di lakukan sendirian maupun bersama (berjamaah) yang biasanya di lakukan di tempat yang di sebut Sinagon, serta kiblatnya ke Baitul Maqdis.













DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Shalabi, Agama Yahudi, Jakarta, Bumi Aksara, 1991.
Hakim, Agus, Perbandingan Agama, cet. 12, Bandung, Diponegoro, 2001.
Mudjahid abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Jakarta, PT. Grafindo, 1996.
Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Jakarta, PT RajaGrafindo, 1996.
http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi/24/11/2011





1 Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta, PT. Grafindo, 1996), hal. 61-62.
[2]Ahmad Shalabi, Agama Yahudi, (Jakarta, Bumi Aksara, 1991), hal. 194-195.
[3]Mudjahid abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, hal 62.
[4]Hakim, Agus, Perbandingan Agama, cet. 12, (Bandung, Diponegoro, 2001), hal. 54.
[5] Hakim, Agus, Perbandingan Agama,PT, Cahaya Hati. Jakarta, hal. 54-55.
[6]Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta, PT RajaGrafindo, 1996),  hal. 63.
[7]Ibid. Hakim, Agus, Perbandingan Agama,
[8] http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi/24/11/2011
[9] http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi/24/11/2011
[10] http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi/24/11/2011
[11] Dalam internet, bebsite: www.kompasia.com, diakses: Jum’at 25 November 2011 pk. 18.38 WIB
[12][6] Ensiklopedi Umum, Yayasan Kanisius, Yogyakarta 1973 hal. 801
[13] Burhanudin Daya, Agama Yahudi, (PT. Bagus Arafah Yogyakarta Indonesia, 1982), hal.176

Comments