BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Akhlak merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki kedudukan
yang sangat penting. Pentingnya
akhlak adalah untuk membentuk manusia menjadi budi pekerti yang baik dan sopan,
santun, ramah dan sebagainya. Jika dilihat dari
sudut pandangnya maka ada beberapa hal-hal yang penting dalam akhlak,
diantaranya; bagaimana akhlak manusia terhadap sang pencipta (Allah), akhlak
terhadap sesama manusia (hidup bersosial) dan akhlak manusia terhadap alam atau
lingkungan sekitar. Hubungan manusia denga Allah adalah hubugan manusia dengan
khlaiknya. Dalam masalah ketergantungan hidup manusia selalau ketergantungan
kepada yang lain, dan tumpuan serta ketergantungan adalah kepada sang Maha
Kuasa, yang Maha Perkasa, yang Maha Bijaksana, yang Maha Sempurna ialah Allah
Rabbul ‘alamiin, Allah tuhan Maha Esa.
Secara moral
manusiawi, manusia mempunyai kewajiban kepada Allah sebagai khaliknya, yang
telah member kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya. Menurut hadits Rasulullah
kewajiban manusia kepada Allah pada dasarnya ada 2, yaitu; a) Mentauhidkan
Allah yaitu tidak mensyirikkan-Nya kepada sesuatupun. b) Beribadat kepadanya.
Nabi
Muhammad Saw diturunkan ke bumi ini untuk memperbaiki akhlak manusia untuk
lebih baik, Nabi Muhammad Saw dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa
kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak
mulia di tengah-tengah masyarakat.
Sebagaimana yang terdapat dalam hadist Rasulullah
Saw yang berbunyi:
عن
أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم :انما بعثت لأتمم
مكارم الأخلاق "
Artinya:
“Dari Abi Hurairah ra. Berkata: Rasulullah Saw bersabda: ‘’bahwasanya aku
diutus oleh Allah Swt untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (HR. Baihaqi).[1]
Akhlak menjadi salah satu tujuan penting dalam
pendidikan Islam. pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan untuk melatih anak didiknya yang sedemikian rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, dan pendekatanya dalam segala jenis pengetahuan banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etika Islam. Sehubungan dengan hal ini sebagaimana dikutip
oleh Muhammad Athiah al-Abbrosyi dalam
Syahidin, mengatakan bahwa tujuan hakiki pendidikan Islam
adalah kesempurnaan akhlak, sebab itu ruh pendidikan Islam adalah
pendidikan akhlak.[2]
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan Islam di atas, yaitu
agar anak mempunyai sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja,
akan tetapi perlu membiasakannya
untuk
melakukan yang
terbaik
dan diharapkan nantinya akan
mempunyai sifat-sifat terpuji dan bisa
menjauhi sifat yang tercela.
Dalam hal
ini, peran pendidik sangat penting dalam proses pendidikan, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah pendidikan
tersebut.
Guru merupakan model
atau teladan bagi para peserta didik, sebagai teladan, tentu saja
kepribadian dan apa yang
dilakukan oleh guru
akan mendapatkan sorotan peserta didik
serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral
dari seorang guru, sehingga menjadi guru
berarti menerima tanggungjawab
untuk
diteladani.
Tugas guru tidak terbatas pada
memberikan
informasi kepada murid, namun tugas guru lebih komperhensif dari itu. Selain mengajar dan membekali murid dengan pengetahuan, guru juga
harus
menyiapkan mereka agar mandiri dan memberdayakan bakat murid diberbagai bidang, mendisiplinkan moral mereka, membimbing hasrat dan menanamkan kebajikan dalam jiwa
mereka. Oleh sebab
itu guru yang mengajar pelajaran agama lebih bertanggungjawab dalam pembinaan sikap mental
dan kepribadian anak didiknya. Guru agama harus mampu menanamkan nilai-nilai
agama
kepada setiap siswa dengan berbagai macam cara namun kenyataannya, guru
menghadapi tantangan yang besar dalam membina akhlak siswa.
Berdasarkan hasil wawancara awal dengan guru
Pendidikan Agama Islam SMPN 1 Indrapuri Idariani pada tanggal 4 April 2016
mengatakan bahwa dalam membina akhlak siswa banyak kegiatan yang
dilakukan seperti, mengadakan yasinan
setiap hari jum’at, shalat dzuhur berjamaah dan dilanjutkan
dengan kultum, mengadakan peringatan hari-hari besar agama Islam, mengadakan lomba dalam
bidang kegamaan (dilakukan pada bulan Ramadhan), Dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskannya pada
satu pembahasan yaitu kultum. Hal ini dilakukan agar siswa benar-benar memahami dan mengamalkan
ajaran
agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
Akan tetapi, meskipun demikian masih banyak
diantara siswa yang ada di SMPN 1 Indrapuri
yang bertingkah laku kurang
baik seperti, mengganggu temannya yang
sedang belajar,
sering ribut saat berlangsungnya proses belajar mengajar,
kurang
hormat terhadap guru maupun orang tua,
sehingga hasilnya kurang efektif dan efesien dalam meningkatkan akhlak sisw. Berdasarkan dari hal itulah yang
menjadi acuan
penulis
tertarik
untuk
mengangkat
judul
skripsi “Pemanfaatan Kultum
Setelah Shalat Bejamaah oleh Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa di SMPN 1 Indrapuri”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah, antara lain :
1. Bagaimana pelaksanaan kultum setelah shalat zuhur berjamaah oleh guru
Pendidikan AgamaIslam untukmembina akhlak siswa di SMPN 1 Indrapuri ?
2. Bagaimanakah peran guru Pendidikan Agama Islam dalam pemanfaatan kultum
setelah shalat zuhur untuk pembinaan akhlak siswa di SMPN 1 Indrapuri?
3. Apa saja kendala pemanfaatan kultum setelah shalat zuhur yang dihadapi oleh
guru Pendidikan Agama Islam untuk pembinaan akhlak siswa di SMPN 1 Indrapuri ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan kultum setelah shalat zuhur berjamaah oleh
guru Pendidikan AgamaIslam untukmembina akhlak siswa di SMPN 1 Indrapuri .
2. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam pemanfaatan kultum
setelah shalat zuhur untuk pembinaan akhlak siswa di SMPN 1 Indrapuri.
3. Untuk mengetahui kendala pemanfaatan kultum setelah shalat zuhur yang
dihadapi oleh guru Pendidikan Agama Islam untuk pembinaan akhlak siswa di SMPN
1 Indrapuri.
D. Manfaat Penelitian
a. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana solusi yang baik dalam mengatasi
kendala dalam pemanfaatan kultum dalam pembinaan akhlak siswa sehingga membawa
perubahan dalam perilaku siswa.
b. Bagi penulis sendiri: sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam
pendidikan dan juga untuk menambah
pengetahuan tentang pemanfaatan kultum dalam pembinaan akhlak siswa di SMPN 1
Indrapuri.
c. Bagi lembaga yang menjadi objek penelitian : sebagai bahan informasi dan dapat digunakan sebagai acuan yang baik
dalam mengubah kepribadian siswa setelah adanya penelitian tersebut.
E. Definisi istilah
Untuk menghindari
dalam memahami judul penelitian, maka peneliti sangat perlu untuk menjelaskan
terlebih dahulu yang di maksud dengan judul penelitian
“ Pemanfaatan Kultum Dalam Pembinaan Akhlak
Siswa di SMPN 1 Indrapuri”. Adapun penjelasan istilah masing-masing variabel tersebut adalah :
1.
Pemanfaatan
Pemanfaatan
adalah hal, cara, hasil kerja dalam memanfaatkan sesuatu yang berguna.[3]
sedangkan menurut penulis pemanfaatan adalah kegunaan untuk melakukan sesuatu
yang bermanfaat.
2. kultum
Kultum atau kuliah tujuh menit ialah seni,
yakni seni menyampaikan sesuatu kepada orang banyak dengan durasi waktu tidak
banyak, yakni hanya tujuh menit saja sinkron dengan namanya kultum, menurut
penulis kultum adalah menyampaikan ceramah atau nasihat yang baik secara
singkat tetapi bermakna.
3. pembinaan
pembinaan berarti proses, perbuatan, cara membina atau
penyempurnaan. dan dapat juga diartikan usaha,
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya atau memperoleh hasil yang
baik.[4]
menurut penulis pembinaan adalah suatu usaha untuk membentuk kepribadian yang
mandiri dan sempurna serta dapat bertanggung jawab, atau suatu usaha, pengaruh,
perlindungan dalam bantuan yang di berikan kepada anak yang tertuju kepada
kedewasaan anak itu, atau lebih cepat untuk membantu anak agar bisa dalam
melaksanakan tugas hidup sendiri, pengaruh itu datangnya dari orang dewasa
(diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku pintar hidup sehari-hari,
bimbingan dan nasihat yang memotivasinya agar giat belajar), serta di tujukan
kepada orang yang belum dewasa.
4. Akhlak
Akhlak
adalah sifat tertanam dalam
jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik, buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan.[5]
Menurut penulis akhlak adalah tingkah laku, tabiat seseorang atau pun kebiasaan
yang terdapat perbuatan baik buruknya seseorang.
5.
Siswa
Siswa adalah mereka yang sedang mengikuti
program pendidikan pada suatu
sekolah atau jenjang pendidikan tertentu.[6]
Sedangkan menurut penulis siswa adalah anak didik atau individu yang mengalami
perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam
membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan.
[1]Al-Baihaqi, Sunan Qubra, (Bairut:Darul
Fikri, 2010), hlm.275.
[3]Pusat pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta Balai Pustaka,
2005) hlm. 897
[4]pusatpembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ( Jakarta Balai Pustaka, 2005) hlm. 896
[5]Asmaran, Pengantar studiAkhlak , ( Jakarta : PT.Grafindo Persada,
1992), hal 4
[6]TeguhTriwiyanto, Pengantar Pendidikan,
( Jakarta : BumiAksara, 2014 ) hal 177
Comments
Post a Comment